WormHole Atau Lubang Waktu Sebagai Cikal Bakal Mesin Waktu
Hai bro jangan bosan ya berkunjung diblog aku, karena tanpa kalian
apalah artinya blog ini,hehe…jadi buat kalian yang selalu setia dengan
topik mesin waktu tidak ada alasan bagiku untuk tidak menulis artikel
diblog ini, baiklah sebelum terlalu jauh ngelantur baiknya kita langsung
aja keartikel yang kalau nggak salah masih tetap berhubungan dengan
usaha manusia untuk menciptakan perjalanan lintas waktu yang tentunya
masih menjadi misteri bagi ilmu pengetahuan. Bagaimana bro apakah kita
langsung saja membahas tentang Wormhole tersebut…kita mulai saja okey.
Jadi apakah yang dimaksud Wormhole?
Wormhole itu adalah ’sesuatu’ yang ada secara teoritis. Paling
tidak sampai detik tulisan ini ditulis, wormhole hanya ada di atas
kertas teori, atau muncul di film-film dan buku-buku fiksi ilmiah.
Keberadaan wormhole dalam teori dimulai ketika Albert Einstein
memperkenalkan Teori ‘Relativitas Umum’. Disitu Einstein menunjukkan
bahwa massa bisa membuat ruang(waktu) melengkung atau terlipat, sehingga
semakin besar massa, semakin melengkung ruang(waktu). Bagaimana bro
Sulit dibayangkan ya?
Di tahun 1919, Arthur Eddington membuktikan, ketika pada waktu itu
terjadi Gerhana Matahari Total; bintang-bintang di sekitar Matahari
teramati dalam posisi yang bergeser dari posisi yang seharusnya. kenapa?
Karena tentu saja pada saat gerhana total itu, bintang-bintang bisa
diamati pada siang hari. Dan dari bukti pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa teorinya Einstein memang benar. Bagaimana bintang bisa bergeser
dari posisi yang seharusnya? Karena medan gravitasi Matahari membelokkan
arah pancaran cahaya bintang.
Tapi bukti pembengkokan cahaya oleh Matahari pada saat gerhana itu
tentunya tidak ada hubungannya dengan wormhole. Pembuktian oleh
Eddington tersebut hanyalah menunjukkan bahwa teori Relativitas Einstein
itu benar. Dan dari teori itu, satu pemikiran fundamental yang kita
tahu kemudian adalah, bahwa massa mempengaruhi ruang(dan waktu). Secara
umum gravitasi berkaitan erat dengan geometri, bagaimana arah cahaya
bisa berbelok, itu tidak terbayangkan sebelumnya.
Perlu dipahami bahwa sebelum adanya teori Einstein, “ruang dan
waktu adalah dua entitas yang terpisah”, tetapi teori Einstein
menyatakan bahwa “ruang dan waktu merupakan entitas tunggal yang tidak
terpisahkan”. Dengan demikian, geometri disini perlu dipahami sebagai
relasi-ruang waktu.
Kembali pada pekerjaan Einstein, teori Einstein mempergunakan teori
matematis yang dikenal sebagai persamaan medan Einstein, dan solusinya
dikenal sebagai solusi Scwarzschild. Solusi teori ini menguraikan
tentang medan gravitasi pada massa yang simetri-bola, tidak berotasi.
Solusi ini adalah yang menjadi cikal-bakal adanya ‘Black
Hole’ (Blackhole Schwarzschild).
Di tahun 1916, tidak lama setelah Einstein memperkenalkan teori
Relativitas; Ludwing Flamm menyadari bahwa persamaan Einstein mempunyai
solusi yang lain, dikenal sebagai ‘White Hole’, dan bahwa kedua solusi
tersebut menguraikan adanya dua daerah dalam ruang-waktu (datar) yang
terhubungkan (secara matematis) oleh adanya suatu ‘lorong’ ruang-waktu.
Karena teori belum mengatakan dimana wilayah ruang waktu itu di dunia
nyata, jadi bisa saja black-hole sebagai pintu masuk dan white hole
sebagai pintu keluar, tapi bisa saja di dunia yang sama dengan kita
(ruang waktu yang bisa kita pahami), atau di ruang dan waktu yang lain
(semesta lain, semesta paralel, masa lalu, sekarang atau masa depan?).
Tetapi, White Hole melanggar Hukum Ke-2 ‘Termodinamika’, dengan
demikian, keberadaan White Hole sulit diterima secara mudah.
Pada tahun 1935, Albert Einstein dan Nathan Rosen mempelajari lebih
lanjut kaitan Black Hole dan White Hole tersebut; bahwa dari perumusan
teori Relativitas Umum, struktur ruang-waktu yang melengkung bisa
menghubungkan dua wilayah dari ruang-waktu yang jauh, melalui suatu
bentuk serupa lorong, sebagai jalan pintas dalam ruang. Pekerjaan ini
secara formal dikenal sebagai ‘Jembatan Einstein-Rosen’. Tujuannya bukan
untuk mempelajari perjalanan yang lebih cepat dari cahaya atau
perjalanan antar semesta, tetapi lebih pada mencari penjelasan pada
partikel fundamental (seperti elektron) dalam ruang-waktu. Jembatan
Einstein-Rosen ini dikenal juga dengan nama lain, seperi Lorentzian
Wormhole atau Schwazschild wormhole.
Pada tahun 1962, John Wheeler dan Robert Fuller menunjukkan bahwa
wormhole tipe jembatan Einstein-Rosen tidak stabil, menyebabkan cahaya
pun tidak dapat melewatinya sesaat wormhole terbentuk. Lalu, apakah
wormhole tidak bisa dilalui? (Traversable)? Kita akan meninjau tentang
traversable wormhole sejurus nanti.
Demikian, sejak saat itu, teori tentang wormhole terus menerus
dikaji; demikian juga, urban legend tentang wormhole pun hadir di tengah
masyarakat, khususnya dalam literatur fiksi ilmiah.
Teori ilmiah tentang wormhole terus berkembang: semuanya mempunyai
prinsip yang sama, yaitu solusi matematis mengenai hubungan geometris
antara satu titik dalam ruang-waktu dengan titik yang lain, dimana
hubungan tersebut bisa berperilaku sebagai ‘jalan pintas’ dalam
ruang-waktu.
Bagaimana wormhole terbentuk?
Kembali pada ilustrasi gambar Bumi. Jika ada kelengkungan
ruang-waktu pada suatu titik, dan tersambung dengan kelengkungan pada
ruang-waktu yang lain, maka demikian lah gambaran wormhole ada. Seperti
pada ilustrasi berikut, yang diambil dari film Stargate S1, seolah-olah
semuanya itu indah dan menyenangkan. Seperti pintu Doraemon, kita buka
pintu-nya, lalu kita sampai di suatu tempat yang jauuhh sekali. Ah
indahnya fiksi ilmiah.
Wormhole yang berkaitan dengan hubungan dalam ruang-waktu, dikenal
sebagai Laurentzian wormhole. Hubungan disini tentu saja dikatakan
sebagai jalan pintas, karena: Jika perjalanan dari Gerbang ke Bulan,
bisa dilakukan jauh lebih cepat, bahkan lebih cepat daripada laju cahaya
menempuh jalur normal. (Tentu saja artian lebih cepat dari laju cahaya
ini karena menggunakan jalur yang lebih pintas, bukan karena ‘lebih
cepat dari laju cahaya’). Itu tentu saja, bila perjalanan memang dapat
dilakukan melalui wormhole.
Tetapi, kompleksitas muncul, karena, apakah kita bisa menentukan
ujung perjalanan kita? Apakah kita akan keluar di ujung, di semesta yang
sama? Atau di semesta paralel? Atau kita muncul di waktu yang sama?
Apakah kita muncul di waktu kita? Atau di masa lalu? Atau masa depan?
Tentu saja semua mungkin, karena Laurentzian wormhole merupakan produk
dari Teori Relativitas Umum yang menyatakan bahwa semua bergerak baik
dalam ruang maupun dalam waktu.
Lorentzian wormholes terbagi dalam dua jenis:
1) Inter-universe wormholes, wormholes yang menghubungkan semesta kita dengan ’semesta’ yang lain. Ini adalah dugaan tentang adanya semesta paralel.
2) Intra-universe wormholes, wormhole yang menghubungkan dua daerah dalam semesta yang sama.
1) Inter-universe wormholes, wormholes yang menghubungkan semesta kita dengan ’semesta’ yang lain. Ini adalah dugaan tentang adanya semesta paralel.
2) Intra-universe wormholes, wormhole yang menghubungkan dua daerah dalam semesta yang sama.
Ada juga wormhole lain yang dikenal sebagai ‘Euclidean wormholes’,
yang mana, wormhole ini ada dalam proses yang sangat mikro, karena
menjadi perhatian utama para ahli teori ‘medan quantum’.
Dengan demikian wormhole jenis ini, pada saat ini tidak akan dibahas, dan Laurentzian wormhole adalah wormhole yang kita bahas.
Kembali pada pertanyaan, apakah mungkin kita melakukan perjalanan melalui Wormhole?
Kip Thorne dan Mike Morris pada tahun 1988 mengusulkan bahwa
wormhole bisa dipertahankan kestabilannya mempergunakan ‘materi
eksotik’ suatu materi yang masih teoritis, dan belum ditemukan di dunia,
dengan perilaku seperti massa yang negatif atau menolak gravitasi,
alih-alih patuh pada hukum Gravitasi Newton.
Model teori ini dikenal sebagai ‘Morris-Thorne wormhole’.
Teori-teori yang kemudian dikembangkan untuk mempertahankan kestabilan
wormhole, sehingga bisa dilalui, sampai saat ini berpedoman pada
argumentasi bahwa, tidak ada materi yang kita ketahui bisa berperanan
untuk mempertahankan kestabilan, karena membutuhkan adanya ‘energi
negatif’.
Kendati wormhole masih menjadi wacana teori (dan urban legend),
tetapi belum ada bukti yang bisa mendukung keberadaannya, baik dari
pengamatan maupun secara eksperimen. Apakah kemudian wormhole itu tidak
mungkin ada? Atau mungkinkah wormhole dibuat?
Secara teori, kita bisa membangun Wormhole. Caranya?
Supaya ruang-waktu bisa terlipat dibutuhkan materi dan energi yang
sangat luar biasa, jadi kita tinggal mencari materi yang sangat padat di
luar angkasa sana, sebut saja, dari bintang ‘ne(u)tron’. Kenapa bintang
netron? Bintang netron adalah jenis bintang yang massa-nya mencapai
1,35 sampai 2,1 kali massa Matahari, tetapi dengan radius hanya 20
sampai 10 km, mencapai 30 ribu – 70 ribu lebih kecil daripada Matahari.
Dengan demikian, maka berat-jenis bintang netron mencapai of 8×10^13 to
2×10^15 g/cm^3.
Seberapa banyak memerlukan massa dari bintang
netron? “Secukupnya” – sampai bisa membentuk cincin raksasa seukuran
orbit Bumi mengelilingi Matahari. Kemudian, buat cincin yang lain di
ujung yang lain. Setelah konstruksi cincin raksasa di kedua ujung
tersebut selesai, berikan tegangan listrik yang sangat tinggi, pada
kedua ujungnya, diputar sampai mencapai laju cahaya — dua-duanya, dan
voila, perjalanan lintas ruang-waktu seketika.
Fakta bahwa perjalanan menembus waktu, atau apabila meloncat ke
masa depan itu bisa diterima, karena memang tidak bertentangan dengan
Teori Relativitas Khusus, tetapi jika perjalanan-nya mundur dalam waktu?
Itu yang menjadi kontroversi, seperti yang dilakukan para time
traveller, sesuatu yang sulit dipahami, bahkan bisa menimbulkan
paradoks.
Bila, salah satu ujung wormhole yang tadi telah dibuat tersebut
digerakkan dengan laju mencapai laju cahaya, dan sesuai dari teori
Relativitas Khusus, semakin laju suatu benda, mencapai kecepatan cahaya,
waktu berjalan menjadi lambat; gerak relatif tersebut menciptakan
perbedaan waktu antara keduanya. Sedemikian sehingga tercipta adanya
lorong yang ujung-ujungnya berbeda waktu. Jika dari ujung yang diam,
seseorang bergerak jauh ke masa depan, tapi kebalikannya, dari ujung
yang bergerak, dia akan kembali ke masa lalu!
Disinilah kontroversinya, jika seseorang kembali dari masa depan,
lalu membunuh orang-tuanya sebelum dia dilahirkan, lalu bagaimana dia
bisa ‘ada’ dan melaksanakan misi membunuh orang-tuanya? Dengan
pengetahuan akan teori Quantum, Stephen Hawking
memperkenalkan ‘Konjektur Perlindungan Kronologi’, yang
bisa ‘melindungi’ perjalanan antar waktu tersebut. Karena secara teori,
di dalam lorong pasangan partikel-antipartikel secara terus menerus
tercipta dan saling meniadakan, dengan demikian energi meluap dengan
amat sangat, bahkan bisa melebihi energi eksotis yang diperlukan untuk
membuka gerbang wormhole. Dan, wormhole akan terganggu dan tertutup,
bahkan sebelum mesin waktu tercipta.
Lalu apakah dengan demikian mesin waktu itu tidak mungkin?
Apapun yang mungkin sebenarnya bisa terjadi, apakah wormhole
sebagai mesin waktu ada? Bisa terjadi? Atau sebagai portal antar ruang?
Semua masih terbuka, masih harus menunggu penantian yang panjang, karena
masih harus mencari pemahaman dan penyatuan teori mekanika quantum dan
gravitasi.
Jadi kesimpulannya sebuah mesin waktu akan tetap menjadi sebuah misteri bagi para ilmuwan. Benar begitu bro?..
Makasih ya atas waktunya.
source
0 komentar:
Posting Komentar